Disini saya tidak akan kasih info profil avenged secara umum, pasti kalian udah pada paham bener tentang band yang sering disingkat A7X ini. Karena jauh sebelum ini saya pernah membuat artikel yang sudah di copy banyak blogger lainnya. Nggak percaya? coba cari di google dengan kalimat berikut :

Avenged Sevenfold keren abis, mulai dari penampilan personelnya yang garang, gede, tatoan, kayak preman pasar, eh bukan pasar, mall aja, hidupnya kan dikota

Saking banyaknya yang mengutip tulisan original saya ( jimmyjunkiez ), di pencarian google akan muncul tulisan

In order to show you the most relevant results, we have omitted some entries very similar to the 6 already displayed.
If you like, you can repeat the search with the omitted results included

Udah lah, lupain aja. Gue ikhlas, hahaha, emang tujuan itu gue sharing adalah untuk berbagi di blog yang dulu saya bangun tahun 2008.

Diantara banyak band yang ada, kenapa bisa Avenged Sevenfold yang menjadi band favorit saya? saya juga bingung, entah mengapa. Tapi yang menarikĀ  dari band ini salah satunya adalah waktu kemunculannya yang sangat tepat. Berikut ini saya uraikan

Ketika awal era 2000-an, internet saat itu hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu,. Pastinya ini membuat batasan para penikmat musik. Mau tak mau, sumber referensi hanya ada di majalah, radio dan yang paling signifikan adalah di televisi.

Satu-satunya channel televisi tentang musik di tahun 2000-an, mana lagi kalau bukan MTV. Teman-teman yang hobi ngeband pada jaman dulu hanya bisa gigit jari, dimana acara faforit kita? Kenapa MTV isinya hanya musik pop seperti jay-z, beyonce, madona, britney spears, dan musik semacam itulah.

Kita juga ngerti, hobi kita menikmati musik alternative seperti mulai dari genre pop-punk sampai underground tak banyak di Indonesia ini. Makanya MTV cuman mengejar rating saja. Bukan menjudge, tapi menganalisa saja secara kasar.

Simple Plan, Green Day, Linkin Park, Limp Bizkit, Pod, Sum 41, Blink 182, Muse dan teman-temannya hilang entah kemana. Hampir semua media menyorot musik pop popular dunia saja, begitulah kalau jadi ‘kaum minoritas’, kita tak dimanjakan dengan berita yang disuguhkan, tapi kita musti lebih aktif lagi mencari referensi tentang apa yang disukai.

Back To Avenged Sevenfold. Kemunculan band ini bagaikan oase di padang pasir. Melegakan tenggorokan yang haus beribu-ribu tahun lamanya, sory agak lebay hee. But it’s true, sejak adanya lagu Dear God muncul di radio, nama Avenged Sevenfold bagaikan hujan di musim jamur. Sontak seantero tanah air hampir semua anak muda, bahkan bocah smp pun beramai-ramai mengoleksi lagu tersebut dan diputar di hp cina nya secara loud speaker. It was real, i just talking about what i’ve seen.

Dibarengi lagi dengan adanya film Transformers, mulai dari yang pertama dan pada sekuel berikutnya : Revenge of The Fallen. Acara di tipi-tipi dan media lainnya mulai membahas tentang film tersebut karena mempunyai sisi komersil yang sangat tinggi.

Efeknya, original soundtrack film tersebut menjadi lebih terangkat lagi. Salah satunya adalah Linkin Park dengan lagunya : What I’ve Done. Kemudian film Transformers 2 masih Linkin Park : New Devide. Siang malam lagu ini di puter, dan merambat ke list di ost yang sama yakni Avenged Sevenfold : Almost Easy. Ya, Almost isi adalah video klip pertama A7X yang saya lihat pertama kali di MTV (Global Tv) tahun 2009. Atau mungkin saja saya yang kurang nonton tv kali ya…. whatever…

Namun beberapa waktu kemudian, MTV hilang dari peredaran entah kemana, WTH, I don’t need no anymore… coz we have internet connection.

Semua yang telah saya baca, Avenged Sevenfold sendiri telah mengakui bahwa mereka merasa muak dengan kondisi musik dunia. Sebelum biography Matt Shadows dkk di wikipedia diedit, salah satu alasan mengapa mereka membentuk band dengan genre Metalcore disebabkan karena mereka merasa muak dengan kondisi musik yang harus di tuntun dunia ke aliran “popular pop”.

Debut album pertama Sounding Of The Seventh Trumpet 2001, ghhrrrrr…. metal banget! Berlanjut dengan album Waking The Fallen 2003. Saat itu, dengan cepatnya penggemar baru Avenged Sevenfold betambah terutama dari penggemar musik metal.

Namun sayang sekali, sebuah kabar buruk menimpa Matt Shadow ( Vokalis A7X ) yang mengalami kerusakan pada pita suara dan harus menjalani operasi. Namun karir mereka lantas tak berhenti sampai di situ.

Tahun 2005, mereka merilis album City Of Evil yang memiliki genre lebih slow dari pada kedua album tersebut. Kemungkinan mengapa album ini lebih condong ke genre Cross-metal yang lebih pelan daripada Metalcore adalah pengaruh dari pita suara tadi. Tapi tak disangka, justru setelah rilis album tersebut, “The Fallen” sebutan untuk fans Avenged Sevenfold menjadi betambah berlipat-lipat jumlahnya.

Album ini lah yang mebawa nama A7X dikenal secara luas oleh penggemar musik alternative sampai metal di Indonesia. Lagu-lagu mereka seperti Burn It Down, Bat Country, dan Beast And The Harlot sering dipakai untuk theme shong sebuah acara televisi seperti berita highlight olah raga seperti Sport 7, Lensa Olah Raga, dan One Stop Football.

Selanjutnya, ya Dear God, muncul ke permukaan. Everybody knows now. Jumlah penggemar makin banyak, banyak banget seperti apa yang sudah saya jelaskan di awal. Penggemar baru A7X yang cenderung suka dengan genre pop terus mengali informasi lagu slow apa lagi yang ada di A7X. Silakan Baca : Top 10 Lagu Paling Kalem Avenged Sevenfold

Namun disisi lain, A7X di hujat oleh penggemarnya yang dulu. Dimana mereka yang telah menikmati alunan keras A7X di 3 album pertama. Banyak pendapat sekarang A7X terlalu mainstream, hanya mengejar sisi komersil saja. Dan itu pun sampai ke telingan Matt Shadow.

Matt pun merespon hal tersebut “F*** the haters”. Ia menjelaskan secara emosional menanggapi kritikan pedas ketika mereka menggarap album terbaru Avenged Sevenfold tahun 2013 Hail To The King kepada wartawan Metal Scene.

“To be honest, I think rock music is in a pretty rough place in America today. I don’t feel that mainstream America really cares about rock music right now. Honestly, it’s a little scary. It’d be cooler if there was a new ‘Big Four’ leading the charge and taking metal to a new place, but it’s pretty obvious right now that metal is taking a beating. We want metal to be dangerous again. How cool would that be?”

Poin pentingnya :

“No other metal band is doing what we’re doing. We’ve all heard people in bands who I won’t give any publicity to shouting their mouths off in recent months, but fuck the haters. People know that they’ll get more attention by talking shit about us and if that’s the way they want to run their bands, that’s fine, but it’s not what we would do. We go out there and kill it every night and you can see what this means to people.”

 

Pada kesimpulannya, Matt menjelaskan kepada kita bahwa dia tidak peduli dengan para ‘haters’ (pembenci). Mereka telah bersusah payah membangun band tersebut sampai menjadi ‘empat besar’ band metal dunia. “Tak ada band lain yang melakukan hal yang sama seperti apa yang kami lakukan. Dengan mengumbar ketidaksukaan pada kita, sebenarnya mereka hanya ingin menumpang popularitas saja.” Matt Shadows.

Kalau menurut saya, perubahan genre dari metalcore ke alternative tidak ada yang salah dengan mereka. Sebagai seorang seniman, mereka berhak membuat karya apapun. Apalagi menyangkut soal dana yang sangat sulit didapatkan ketika hanya menjual album dengan genre musik yang cenderung ke arah minor.

Sampai disini dulu gais, masih banyak ulasan sebenarnya tentang A7X, intinya di postingan ini hanya bermaksud mengulas behind the scene Avenged Sevenfold yang munkin belum kamu ketahui. Dari dulu sampai sekarang, saya sendiri masih tetap ngefans, meskipun tak se ‘greget’ jaman dulu.

Waktu konser 2015 kemarin di Indonesia ( lapangan parkir timur senayan ) adalah hutang yang sudah bayar lunas, karena 2007 dan 2008, serta tahun 2012 silam saya berencana menghadiri konser Avenged Sevenfold tapi ada banyak kendala.

 

 

So, buat para pembaca? kamu termasuk yang mana? Apakah termasuk ‘haters’, fans berat, atau…. ???