Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang China merupakan negara terkuat di Asia di bidang manufaktur, bahkan menjadi musuh besar Amerika Serikat. Terpaksa ataupun keinginan, negara-negara dengan high-tech pun mengadakan kerjasama dengan China. Faktor utama adalah kecepatan.

Coba tengok di rumah Anda, nyaris tak terelakkan bahwa ada satu, dua, tiga atau banyak produk buatan Cina. Mulai dari jarum yang mungil sampai kulkas bermerk Jepang, tapi nyatanya made in china.

Itu karena kecepatan manufaktur di China jauh lebih cepat daripada negara lain, didukung secara geografis, kebijakan pemerintah yang menguntungkan pengembang. Disamping itu, efisiensi sangat diperhitungkan untuk menekan biaya produksi maupun pemasaran.

Ketika sebuah mockup (rancangan) biasanya akan membutuhkan paling tidak 2 minggu untuk merealisasikan. Sedangkan di sebuah pusat industri di China, tepatnya di Shenzen, mereka hanya membutuhkan 3 hari dari rancangan tersebut untuk menjadi bentuk fisik.

Mereka benar-benar berinvestasi pada manufaktur teknologi. Tentu biaya di awal sangat besar, tapi memiliki potensi bisnis yang besar juga. Salah satu kegiatan bisnis yang paling banyak berdampak adalah WHITE LABEL.

White label merupakan produksi by order. Sebuah manufaktur bisa membuat barang baik low-tech maupun hi-tech berdasarkan permintaan dari pemilik merk.

Manufaktur white label akan menampilkan logo brand yang order pada sebuah produk yang dipesan.

Kualitas Made in China

Jika brand mementingkan kualitas, apakah China mampu membuatnya?

Barang bagus, tentu saja bisa.

Sebenarnya China memiliki banyak varian bahan baku, tapi strategi awal negeri tirai bambu ini memang identik low-budget. Biasanya produk pure made in china dengan merk yang jarang kita ketahui. Bahan baku seadanya, yang penting fungsi, tapi harganya kelewat murah.

Jika sebuah brand ternama ingin membuat produk yang berkualitas, maka manufaktur tersebut juga akan menggunakan bahan baku yang sesuai, tentu saja harga relatif lebih tinggi namun masih lebih murah dibanding produsen Eropa atau Amerika. Serta, lagi-lagi kecepatan yang tiada tanding. Itulah mengapa hampir semua barang yang kita kenal berkualitas, tapi berlabel made in china namun memiliki built quality yang bagus.

Sebagai contoh, brand Anker yang dikenal memiliki produk speaker, charger, atau powerbank yang memiliki kualitas bagus. Anker bekerjasama dengan white label tersebut untuk membuat produknya dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Sama-sama untung. Anker dapat menekan biaya produksi dan pemasaran.

Sedangkan pihak white label, keuntungannya berlipat. Selain dapat cuan dari order, secara tidak langsung mereka tidak perlu melakukan riset dari nol untuk membuat produk sejenis.

Entah ini pelanggaran etika bisnis atau tidak, ini adalah China, setiap perusahaan yang bekerja sama dengan China harus terima konsekuensinya. Secara logika banyak varian order dan semakin banyak inovasi dari pemilik brand, ini akan berpotensi ada produk ‘tiruan’ made in china dengan harga yang miring sikili.

Referensi.