Visioner mengartikan ‘tanpa modal’ adalah effort apa yang dilakukan sebagai gantinya materi. Sedangkan mereka yang money oriented sering mengartikan ‘tanpa modal’ adalah gratis.

Note: jika Anda adalah orang terlanjur kaya, skip artikel ini.

Kita melihat sudah banyak motivator ataupun mentor-mentor yang saat ini mudah diakses, misal melalui youtube atau forum sosial media.

Ketika nonton video misalnya, seorang motivator akan sangat diapresiasi karena telah menyadarkan apa yang kurang pada diri seseorang dalam berbisnis. Walaupun tak bisa disangkal ada juga yang dislike, itu hak mereka.

Seorang motivator, dia punya pengalaman dan bisa di share bahkan dijadikan monetisasi dengan cara bikin video maupun kelas. Apakah ketika dia kaya terus akan berhenti nyari duit tambahan, tentu tidak, dia dan timnya ada goals lagi.

Sementara untuk orang yang cuman ikut-ikutan, pengen hasil instan. Kalau ga berhasil, kambing hitam yang dicari.

Sedikit selingan, ada sebuah istilah ATM, disini bukan konteks singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri atau Automatic Teller Machine, akan tetapi; Amati Tiru Modifikasi

Itu selama beberapa periode terjadi seperti itu yang dilakukan banyak masyarakat di seluruh dunia. Namun sayangnya, justru saat ini terlihat banyak sekali kemunduran mindset.

ATM berganti menjadi ATP, alias Amati Tiru Plekkkkkk A.K.A sama persis.

Amati

Orang yang terlahir lebih dulu akan menjadi contoh bagi orang yang terlahir setelahnya, begitu juga dalam dunia usaha. Sebagai contoh pabrik kardus, mulai mesin, tenaga ahli, tenaga kerja, marketing, dan seluruh aspek apa saja yang dibutuhkan. Itu sudah ada sejak lama, dan itu bisa diamati bagaiamana proses berlangsung.

Tidak hanya dalam skala besar, usaha mikro atau rumahan saat ini sangat mudah untuk mengamati bagaimana orang-orang yang terjun di dunia bisnis berjalan dengan baik. Ini bisa dilakukan dengan cara offline maupun online.

Tiru

Setelah dapat melihat secara seksama, meniru adalah cara termudah, karena menciptakan sesuatu butuh ide dan waktu yang lama.

Sebagai contoh, untuk sebuah konten di Youtube, musisi-musisi pinggiran akan lebih mudah dengan cara meniru lagu-lagu yang sudah ada. Tak heran banyak sekali cover lagu yang akhirnya bisa mengantarkan uploader itu mendapatkan banyak views dan subcribers. Namun hanya sedikit sekali yang menciptakan lagu sendiri dan bisa booming.

Apakah meniru itu salah? tidak juga. Karena meniru adalah sifat rasional setiap manusia, sedangkan originalitas adalah intuisi yang dimiliki orang-orang tertentu.

Modifikasi vs Plekkkkk

Honda terinspirasi dari Toyota untuk membuat mobil. Itu adalah contoh modifikasi dari yang sudah ada.

Sedangkan barang kw, itu jelas imitasi namun dibuat plekkkk sama persis. Bagaimana value nya? sampah.

Walaupun sampah, namun peminatnya juga banyak. Bisa jadi itu karena budget konsumen terbatas namun menginginkan brand tanpa mempedulikan originalitas. Itu artinya tidak perlu mengeluarkan banyak modal untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, baik itu produsen maupun konsumen, mereka bersama-sama membangun ekosistem sampah.

Bisnis yang menjamur secara instant, akan hilang secara instant juga. Karena mudah diterawang, copy dan ‘paste’ memungkinkan persaingan tidak sehat.

Modal memulai usaha

Orang awam yang berpikir ingin mulai terjun di dunia usaha, kebanyakan dari mereka akan menanyakan modal dan berapa keuntungannya.

Ketika sudah mengamati, kemudian bisa meniru, yang terakhir mereka akan memilih untuk sama persis dengan yang sudah ada. Karena berpikir nasibnya akan sama jika melakukan apa yang dilakukan oleh orang sebelumnya.

Namun yang terjadi adalah over supply bahkan yang terparah bisa menjadi pesaing dan terjadi perang harga akhirnya hancur bersama.

Modal yang dibutuhkan tergantung skala bisnis yang dijalankan. Tidak ada bisnis yang tidak pakai modal.

Ketika motivator membicarakan “bisnis tanpa modal,” sering ditelan mentah-mentah. Padahal yang dimaksud tanpa modal itu adalah pilihan prioritas dalam menjalankan usaha.

Modal = uang atau materi, padahal diluar itu masih banyak hal-hal yang bisa dimaksimalkan.

Modal seperti apa yang bukan uang?

Skill, relasi, dan kredibilitas. Ketiga elemen itu adalah pengganti materi.

Skill

Ada 2 jenis skill yang perlu dikembangkan, pertama adalah soft skill dan yang kedua adalah hard skill.

Soft skill itu bagaimana kita merespon sebuah keadaan. Banyak hal yang menghambat soft skill, beberapa diantaranya kurang pecaya diri, grusah-grusuh, dan tidak peka yang menyebabkan salah tanggap. Perlu berlatih mengembangkan komunikasi yang baik dan perbanyak jam terbang untuk berinteraksi baik untuk keperluan bisnis dalam bernegosiasi ataupun bermasyarakat.

Sedangkan hard skill lebih ke cara berpikir atau melakukan tindakan teknis. Misalnya jago berhitung, membuat inovasi baru, dan business plan.

Relasi

Kekayaan kita terlihat dari 5 teman dekat. Jauh api dari panggang, jika menginginkan memiliki helicopter sementara maen gaple di pos ronda tiap malam.

Relasi sangat penting terlebih didukung oleh skill yang dimiliki. Tidak mustahil untuk memiliki sebuah pabrik sepatu “tanpa modal” dengan cara menemukan orang-orang yang memiliki budget lebih.

Misalnya, Mr. Tajir dan kawan-kawannya memiliki hobi lari pagi. Kita bisa ikut lari pagi bersama mereka sampai beberapa waktu. Lagi-lagi soft skill ini dibutuhkan, kapan waktunya ngobrol tentang kesehatan dan kapan waktunya ngobrol tentang bisnis.

Ketika waktu yang tepat, bisa diarahkan obrolan sepatu olah raga yang digunakan. Apa saja kelebihan dan kekurangan sepatu itu? kekurangan pada sepatu itu adalah potensinya. Bisa diarahkan lagi, misal katakanlah memiliki rekan pemasok bahan sepatu. Butuh rekan yang banyak dan waktu yang lama.

Negosiasi Relasi Entrepreneurship

Kredibilitas

Semakin tinggi kredibilitas seseorang, semakin mudah untuk mencari modal.

Di sebuah sudut kota Gotham, Si Bambang tukang cukur rambut yang ramah, bisa memotong rambut sesuai keinginan pelanggan dari yang model jadul sampai model fade modern dan konsisten. Sedangkan tak jauh lokasinya dari situ, ada juga Paijo tukang cukur rambut yang biasa saja. Kemudian si Crazy Rich Plaza sedang berencana menanamkan saham untuk sebuah barber shop.

Paijo menawarkan pembagian hasil 70:30%, CRP menolak hanya berani kalau 50%-50%, paijo pun mundur.

Lantas CRP mendatangi barber shop Bambang, tak banyak berpikir, deal Bambang 95%-5% CR.

Jadi CRP itu melihat mana yang lebih berpotensi. Bambang memiliki kredibilitas yang baik, resiko kegagalan sangat kecil, jadi CRP hanya akan mendapatkan porsi profit yang kecil juga. Namun persentase kecil jika memiliki nominal besar, akhirnya itu menjadi bisnis yang besar. Sedangkan jika menanamkan modal di Paijo, high risk, bahkan dipertanyakan apakah ia masih bisa bertahan setahun kedepan dengan cara pengelolaan usahanya yang tidak jelas.

Nah, itulah sekiranya arti “bisnis tanpa modal”, bukan berarti tidak perlu mengeluarkan uang. Uang adalah alat tukar, uang bisa menukar barang, jasa, pendidikan, dan aspek lainnya. Begitu juga sebaliknya, banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan uang sebagai modal.

Semoga bermanfaat,

HRZ.