marah pada anak

Temanpintar.com – Pernahkah Anda sebagai orangtua  menghukum anak Anda yang nakal tanpa menjelaskan kenapa ia bisa di hukum. Sadarkah kita sebagai orang tua, hukuman yang tidak berdasar hanya akan menjadikan anak mengikuti cara-cara orangtuanya. Tak heran, jika saat besar nanti anak akan menjadi keras dan membantah kepada kita (orangtua), suka bertengkar  dan lain-lainnya.

Menurut seorang pesikolog menjelaskan, bahwa hukuman menjadi efektif bila ada negosiasi. Anak akan tahu konsekuensi kedepan jika melakukan X kemungkinannya Y. Contohnya, anak ingin belajar makan sendiri. Negosiasinya, anak tidak boleh membawa piring sambil berlari karena makanan akan tercecer dan piringnya akan pecah. Ketika orangtua menyuruh anak untuk mengambil makanan yang tercecer tadi itu merupakan sebuah hukuman juga. Prinsipnya adalah ada sebab maka akan ada akibat.

Menurut seorang pesikolog, untuk teknik mendisiplinkan anak harus sesuai dengan jenis perilaku negatif apa yang dilakukan, usia anak, tempramen, dan gaya pengasuhannya orang tua terhadap anak. Selain itu, bentuk hukuman yang lebih baik merupakan hasil dari kesepakatan antara orangtua dan si anak.

Banyak sekali orangtua yang memarahi anak dan menghukumnya hanya sekedar untuk membuat jera si anak. Misalnya seperti, si kakak merebut mainan adik, padahal sudah di peringatkan beberapa kali. Karena marah, orang tua menghukum dengan mengunci di kamar agar si kakak menyadari akan kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.

Meski tujuannya untuk mendidik anak, namun kesalahan dan hukuman yang diberikan janan sampai tidak menyambung.  Maka yang terjadi pada si anak adalah anak akan mengingat pernah dikunci dikamar gara-gara membuat adiknya menangis. Jika tidak hati-hati, si kakak malah bisa menyalahkan pada adiknya atas hukuman yang diterimanya.

Sebagai orang tua kita harus bisa melihat karakter anak. Ada anak yang merangainya halus, apabila orangtua marah, meski bukan ia yang dimarahi, ia akan menjadi ikut merasa sedih. Ada juga anak yang sifatnya agak keras kepala, meki sudah mendapatkan konsekuensi berulangkali, tetapi tetap saja membandel. Dengan melihat karakter pada anak, orangtua dapat bisa menentukan cara yang paling tepat.