Kalau bisa sih, jangan pinjam. Beli kebutuhan pakai duit yang ada aja dulu. Apalagi mau terlihat kece tapi maksain pakai duit pinjaman online. Kan ngeri, ntar masuknya golongan BPJS alias Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita,

cicilan bank
Gambar hanya illustrasi – ig – mikir cicilan

Wadawww.

Tapi, ada kalanya, kita berada di situasi seperti di tengah hutan. Kala mencari mangsa untuk dimakan, tak nampak rusa satu pun. Hanya terlihat babi saja.

Jika kita tak makan, mati.

Tapi kalau makan babi, haram!

Dilematis

What’s next?

Riba

Riba, itu jelas haram.

Tapi kalau minjam duit di bank / pinjaman online? i don’t know… apakah termasuk riba atau bukan.

Analoginya gini, jangan anggap benar atau salah yaa… saya masih manusia bodoh soal agama.

Sama halnya kita beli bakso, apakah bakso itu menggunakan daging tikus? babi? boraks? dsb. Jika iya, maka bakso itu nggak baik, haram! Begitu juga dengan bank, mereka berdiri untuk urusan bisnis.

Bisnis perbankan berjalan dengan uang, maka gimana caranya mereka mendapatkan uang, dengan uang sebagai komoditinya. Maka tiap uang yang keluar masuk, ada nilai uangnya juga. Seperti itu kasarnya.

Jika yang kamu pahami itu adalah praktek riba, jangan masuk.

Tapi jika kamu berpikir secara bisnis, itu semacam konsekuensi.

Saya nggak pernah menganjurkan orang untuk masuk ruang lingkup di bank, ntah itu sebagai nasabah, kredit, pegawai, atau penyalur. Karena saya bukan dari pihak bank, saya orang awam.

Mungkin postingan ini bisa jadi cercaan orang yang baru hijrah. Ampun bos… jangan hakimi saya.

Saya sudah berpikir keras gimana caranya usaha saya nggak tersentuh bank, tapi tetap saja, keadaan yang memaksa.

Mungkin seperti makan babi tadi, kalau nggak melakukannya habislah sudah.

Saya pribadi merasakan seperti itu.

Jadi soal riba, sekali lagi itu memang haram. Tapi kalau ruang lingkup perbankan, koperasi simpan pinjam, pegadaian, dll, apakah semua itu mengandung riba di dalamnya?

Bukan kapasitas saya. No answer. Tanya pada diri Anda sendiri, atau tanya pada ustadz.

Perkembangan Usaha

Media ini, mediamuda.com saya bangun sudah sangat lama, dan sebagian postingan hilang karena server error. Karena jujur, sebagai founder, saya manusia biasa, bukan superman. Ada kalanya kehabisan duit. Yup, masalah klasik.

Saya menjalankan bisnis, beberapa usaha saya merugi. Terpaksa tutup, namun saya nggak menyerah, usaha lagi dan mulai berkembang.

Kadang kalau kurang modal, saya minjam ke saudara, tapi super-ego saya berbisik “jangan jadi benalu, mereka juga butuh”

Lagi dan lagi, saya mencoba usaha dengan modal seadanya. Namun keadaan semakin tak mendukung.

Beberapa karyawan sudah saya pecat, dengan alasan efisiensi.

Namun, kadang saya nggak tega lihatnya.

Dari situlah gimana caranya saya punya modal besar, agar fixed cost terpenuhi. Saya ga dapat untung dulu gapapa deh, yang penting kebutuhan karyawan saya yang masih bekerja dengan saya tercukupi.

Dari situlah saya mencari pinjaman.

Kredit Usaha Rakyat

Sebenarnya saya pengen banget ngajuin ini. Tapi gara-gara birokrasi bangsat! saya jadi males ngajuinnya.

Bukan salah pihak bank atau pihak pemerintahan, tapi mungkin dari diri saya aja yang males berurusan sama pemerintah.

Saya harus punya dokumen pendukung untuk mengajukan kredit usaha rakyat.

Gue anak metal, ga suka lihat pakaian dinas dengan segala prosedurnya dengan seabrek formulir yang harus diceklist dan tulis berulang serta kertas carbon copy dibawahnya. Duduk, diam, dan menunggu lama. Apalagi liat para pns bergibah saat jam kerja. Suer… males banget.

  • Perlu NPWP
  • KTP
  • KK
  • SIUP
  • Keterangan usaha RT setempat
  • Usaha berjalan minimal 6 bulan
  • Survey lokasi usaha
  • Jaminan BPKB

FYI:

KTP saya nembak 250rb – kalau lewat prosedur katanya gratis, tapi ribet (2012), sim juga nembak 550rb sejam jadi titip polisi yang mau disogok, kalau nggak nembak, butuh waktu lama, dan waktu saya lebih berharga.

KK juga ikut orang di rantau, diurusin sodara

NPWP – masih daftar online, kelanjutan ga tahu…

SIUP – masih nyari orang yang mau ngurusin

Keterangan usaha RT – pak rt sini lagi sibuk mandiin burung

Usaha berjalan – 2 tahun, masih UKM (usaha kecil miskin)

Jaminan BPKB – mobil saya nggak punya, motor buntut – BPKB juga ilang dibawa tukang rongsok mungkin.

so, KUR, nevermind

Ovo Paylater

Dari semua pinjaman, ini adalah andalan saya saat kepepet beli bahan baku untuk jualan.

Mungkin Ovo sedang praktek “bakar duit”, jadi segala kemudahan diberikan kepada customer.

Contoh, saya belanja bahan baku via Tokopedia. Pernah di kantong dan atm sama sekali ga ada duit, sisa 50rb doang buat beli udud.

Saat itu ada pesanan lumayan urgent, saya sudah sanggupi, tapi cek gudang ternyata stok kosong, edaaannn.

Cek limit paylater masih 7,5 juta, saya pakai semua. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa dapatkan bahan baku pakai Ovo Paylater.

Sistemnya gini:

Pembelian barang, tidak ada bunga alias 0%. Hanya saja biaya layanan yang nominalnya anggap saja kita nraktir teman ngopi yang sudah berjasa sama kita. Gitu aja.

Sementara kalau kita mau nyicil, maka akan dikenakan biaya tambahan (bunga) tiap bulannya, seperti bank pada umumnya. Nilai bunganya tidak mencekik seperti rentenir.

Pernah juga telat bayar, karena lagi-lagi duit saya habis. Mungkin karena kebodohan saya kurang pandai mengatur management, adanya kebutuhan mendadak, dan ditipu pembeli kamperet yang order tapi nggak mau bayar. Kata senior saya, gapapa, itu sudah hal yang lumrah jika masuk dunia entrepreneur. OK!

Apakah kejadian seram terjadi ketika telat bayar?

Tiba-tiba ada telepon masuk dengan nomor yang ga saya kenal. Saya udah feeling, ini tagihan.

Benar saja, pihak ovo paylater menelepon saya.

Sudah siap diancam, diomelin, apa aja deh, karena saya sadar, saya salah karena telat bayar dan siap untuk didenda.

Tapi… ternyata orangnya selowwww.

Mbak yang nelepon, masih dengan tempo ala lagu Raisa, “mau dikata…. kan apa lagi…” masih merdu gaess.

Lantas dia menanyakan “Pak, kenapa kok belum bayar?”

“Masih ketahan di online shop duit saya Bu.” jawab saya “kalau dari data penjualan saya sih, masih ada 3 hari lagi”

“Owh begitu ya Pak? ya sudah gapapa. Tapi kami beri waktu ya sampai 4 hari untuk pembayarannya” info dari pihak Ovo dengan kalemnya.

“Aassyyyiiiaaap” jawab saya dengan bahagia.

Malamnya, belum sampai 4 hari, ternyata ada rezeki datang tak diduga. Saya dapat orderan cash full payment di depan. Ya sudah malam itu saya bayar juga.

Padahal sudah telat 2 hari, tapi tidak ada bunga/denda, masih ditoleransi. Walaupun bahagia, tapi saya tetap punya rasa malu dalam. Seharusnya saya bayar tepat waktu, tapi kahanan kiye rada marai mumeti nyong.

So, ovo paylater menurut saya sangat membantu saya dalam usaha.

Kredivo

Kalau Kredivo ini bisa buat gantinya kartu kredit. Buat belanja ok, pinajaman tunai juga bisa.

Untuk pembelanjaan mirip dengan ovo paylater.

Sementara jika pinjaman tunai, agak galak.

Untuk pengajuan cukup mudah, modal ktp, dan data-data pendukung lainnya. Pinjaman mulai 500rb 30 hari – sampai 12,5jt tempo 12 bulan.

Misal minjem 1 juta, maka yang cair cuman 940rb, karena akan dipotong 6% di awal sebagai biaya administrasi.

Bunga dikenakan 2,95%, jadi dalam waktu 3 bulan, maka harus dibayar 356.790 tiap bulannya.

356.790×3= 1.070.370

Saya sudah coba, 2 kali. Pernah sekali telat bayar

Jam 8, jam 10, jam 13, jam 4 baru saya angkat, karena nomor telepon asing dan ada red-sign (hp saya otomatis mendeteksi telepon spam)

Ya sudah saya angkat dah, benar saja. Suara emak-emak galak, persis suara rentenir yang ada di FTV.

“Pokoknya kami nggak mau tahu, malam ini harus bayar” kata pihak kredivo setelah sehari saya telat bayar.

Saya nggak pernah ngelawan yang seperti ini, karena sadar, ini konsekuensi orang yang sudah pinjam gak tepat waktu balikinnya, waduh aib saya kebongkar dah…

ah… bodoh amat, yang penting gue sharing apa adanya.

lanjut…

“bener bu, denda aja deh gagapa, saya bener-bener habis duit” jawab saya setelah beberapa hari kemarin saya kena tipu, tapi ga infokan ke dia, percuma saja, nanti malah dibilangnya alasan doang.

“ya udah saya kasih tenggat waktu sampe besuk, gimana caranya harus bayar, cari talangan, minjem sodara kek, atau pinjaman lain” seru dia.

“whattttt!!!!” kuping saya panas “iya sekarang saya lunasin”

30 menit setelah telepon diakhiri… Jebretttt – Transaksi berhasil, lunas!

Ya… kebetulan saya dapat duit dari pelanggan yang belum melunasi pembelian di toko saya. Mak cessss…. lega tenan atiku.

Jujur, saya nggak biasa dimarahi, orang tua saya aja nggak pernah bicara ngotot seperti itu ke saya kalau saya salah. Paling cuma digebuki.

Mudah-mudahan besok lagi saya jadi orang yang nggak kepepet lagi supaya tidak tersentuh pinjaman online model begini.

Akulaku

Men… cukup sudah, saya ga pernah main ini.

Bukan karena sadisnya, tapi memang saya nggak mau terlibat banyak dengan pinjaman online. Cukup paylater dan kredivo aja.

Disisi lain, sebenernya justru saya kasihan sama aplikasi akulaku ini, entah sampai kapan startup ini akan bertahan.

Aplikasi ini banyak dimanfaatkan orang-orang yang nggak bertanggung jawab. Akulaku padahal sudah kasih penawaran bagus. Dan tetalu mudah untuk approved.

Jadinya ga sedikit orang yang mau minjam atau belanja handphone, ga jauh dari lingkungan saya, begitu mereka dapatkan hp tersebut, langsung menghilang tanpa jejak. Hpnya dijual, dapet deh duit. Hmmm…

“debt collector ga bakalan nyamperin bro kalau pinjeman dibawah 3 juta,” kata macil (mafia kecil) “masa sih mereka ribet bayarin dc buat dateng ke tempat kite kalau yang ditagih duit kecil, nombok mereka, tuh bocah-bocah gang belakang juga gitu, aman-aman aja bro… anjayyyy”

Pegadaian

Pernah sekali, gara-gara kehabisan ongkos, punya kamera dslr nikon d3200.

Saya coba, ga bisa, harus mirrorless minimal. Ya udah, saya pindah ke Pegadaian yang di kota, eh bisa.

Teller nya bilang, “mau digadai berapa?”

“satu juga aja” jawab saya.

Cash – done.

Dikasih waktu sampai 2 minggu.

1 minggu saya balik dan ambil barang, menunjukkan ktp.

1 jt + 30rb-an (saya lupa jumlah pasnya)

BNI

Dulu pernah saya kerja di pabrik. Ada tawaran dari koperasi perusahaan yang bekerjasama dengan BNI. Banyak yang makai untuk beli rumah, mobil seken, atau keperluan lainnya.

Bungannya nggilani, saya nggak mau, toh juga saya cuman karyawan kontrak 3 tahun.

Dipabrik saya kerja buat ngumpulin modal usaha, bukan buat hidup terlihat mentereng. Jadi no comment untuk yang satu ini.

Kredit BCA

Ini nih, ngotot banget… supaya saya menggunakan kartu kredit bca.

Hampir 10 x ditelepon, suapaya diaktifkan, tapi ga saya aktifkan juga.

Saya bilang hilang ga ketemu. Eh dianya kirim lagi.

Ya sudah saya simpen aja.

Eh tahu-tahunya, ada telepon masuk, pak kami aktifkan dari sini, tidak perlu membayar iuran untuk satu tahun pertama.

Yo wes karepmu.

Belum pernah saya pakai.

GADAI CEPAT

Ada kan di pinggir jalan sering lihat pusat Gadai? beda dengan pegadaian. Kalau disini, kamera saya ditaksir 1,5 juta. Administrasi awal 40rb, balikinnya 10%, jadi rela berkorban 190rb.

Kesimpulan

Pinjaman online / offline seperti pisau bermata dua, jika kita bisa memange-nya dengan baik, maka akan mendukung kegiatan usaha kita. Sebaliknya, bisa menjadi jeratan awal mula penderitaan yang tiada habisnya. Bahkan sampai kasus mabar (mati-bareng) sekeluarga karena terlilit utang dengan bunga yang nggak masuk akal.

Jadi selektif juga memilih jasa pinjaman, apakah sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? apakah saat meminjam, kedepan mampu membayarnya? pikir ulang lagi sebelum approved!

Kehadiran platform pijaman, baik perbankan atau pinjaman online (pinjol) sebenarnya ada karena ada demand-nya juga. Saat ini telah banyak pinjaman online dimana dengan mudahnya pengajuan. Namun perlu kita pahami etikad pinjam meminjam. Berani pinjam, maka harus berani balikin juga. Tanggung jawab bos…

Dan satu lagi soal riba, bukan kapasitas saya untuk posting itu. Banyak orang yang lebih ahli dan lebih memiliki ilmu pengetahuan lebih dari saya, namun sekiranya, please respect my post, karena ngga semua orang mau berbagi apalagi mau menulis tanpa bayaran seperti ini.

Have a nice weekend!

Regards,

Mediamuda.com

Founder