Ditanya soal perubahan, James Cassells cukup banyak mengalami kendala ketika meninggalkan tanah kelahirannya di Inggris, menikahi seorang gadis Amerika dan pindah ke Texas beberapa tahun yang lalu. Tapi, kemudian drummer Asking Alexandria ini telah melewati siklus tur untuk album sebelumnya yang terancam berantakan ketika vokalis Danny Worsnop mengumumkan hengkang. Tampaknya Worsnop ingin mengambil jalan baru. Ini menjadikan salah satu faktor band diragukan untuk tetap lanjut. Pada akhirnya, bicara lewat telepon dari rumah di Austin, Cassells tidak berbasa-basi : “It was either he was going to stop going on that way or we were going to kick him out.”

Bergabungnya screamer Denis Shaforostov, Cassells begitu yakin bahwa untuk terus berkarya.

“He looked the part, he acted the part,” kata Cassells “We didn’t bother with auditions. We met up, connected, and it was like, nothing’s wrong with this — let’s go!”

Satu-satunya hal yang mengganjal adalah bahwa demo terbaru band ditulis dengan keluarnya Worsnop dalam pikiran. Tentu, band menuangkan banyak riff yang lebih cocok untuk orang baru. Itu poros mendasar yang ditulis pada lagu “Somethimes It Ends”.

Sebuah pertanyaan: Apakah masuknya Denis mengubah Asking, atau itu sebaliknya? Menurut Cassells, kurang lebih jawabannya untuk keduanya adalah benar. Ia senang dengan album terakhir (bersama Danny), namun fans menginginkan musik seperti pada album sebelumnya. Dan terbukti album baru The Black sangat menggebrak dengan tambahan musik yang baru.

“It was a bit of both,” kata Cassells “It’s more, I think, that he’s given the band a reboot, put us back more in the right direction. We were happy with how [2013’s] From Death To Destiny came out, but the die-hard fans wanted to hear more of the influence from the Reckless And Relentless days. I feel like with this album we’ve taken elements of all three of [the previous] albums and put them together so everyone can be happy, but in the end we have come up with a sort of fresh sound.”

The Black memiliki suara gitar djent-y, thunderous breakdown, dan soaring chorus sebagai keunggulan dari genre deathcore / metalcore, namun proses penulisan menyebabkan pergeseran besar dalam cara Cassells bermain. Bukan metode biasa dalam menentukan beat pertama pada kit, ia menggunakan Cubase untuk program beat selama perekaman. Lebih rumit, tapi itu merupakan sebuah pengalaman baru yang sangat berharga.

“If you’re just tapping it in in the program it sounds awesome, but then to actually sit down behind the kit and do it, I had to rethink it. I couldn’t fall back on the usual bag of fills. If I had a half bar fill that was just dugga-dugga-dugga-DUH, I’m leading with my left hand because it’s impossible with my right. In the past I might have been done tracking in three or four hours. Seeing all these complex structures and technical things at the outset took a lot longer, but I think it was worth it.”

Ben Bruce sempat bicara bahwa Album The Black akan menyuguhkan electronic musik sebelum dirilis, dan Cassells pun mengklarifikasi bahwa sang frontman memang benar. Tapi, mereka telah lelah dengan suara musik seperti itu. Asking Alexandria masih banyak lagu dengan tambahan electronic dan synth, namun mereka memutuskan untuk menyingkirkan seluruh getaran electronic.

“That was our thing, but we were getting tired of that sound and knew we couldn’t continue doing it. If you listen to our songs there’s still a lot of electronic and synth based stuff behind the music, it’s just that now we’ve gotten rid of whole sections that have that electronic vibe.”

Cassells bukanlah berasal dari keluarga musisi, orang tuanya masih tinggal di pedesaan Yorkshire. Mereka memilih untuk tidak ikut dalam kehidupan sebagai keluarga artis untuk tinggal di kota besar. Sewaktu remaja, Cassells berlatih dalam ruang kedap suara. Ia tinggal di sebuah kampung pertanian dan disinilah cikal bakal lahirnya Asking Alexandria yang terus bermain sepanjang malam.

Teknik Bermain Drum

Cassels memberikan kredit kepada instruktur Ian McPherson dalam meningkatkan kecepatan bermain drum. McPherson, mantan direktur musik di militer Inggris,mengajari muridnya untuk irama baru, metode buku, dan pendekatan, seperti teknik tumit-toe, yang merupakan game changer untuk Cassells.

“In some ways I feel like you have to work more and less at the same time. I don’t know — I’m just using a different set of muscles. It’s more of a flicking movement than an actual slap. I still get a lot of power, but a lot of guys are slamming their pedal and leaving it in the head. They can’t get their foot off again fast enough to get power for the next hit, whereas I’m continually moving my foot up and down. It’s learning to control your heel and toe on the actual footboard together continuously. There’s no separation.”

Cassells mengakui kaki kirinya lemah, untuk itu ia memaksakan bermain lebih kuat dalam setiap perform. Click track, vokal, dan gitar yang mencolok menenggelamkan suara bass dari Sam Bettley. Sebuah monitor di bawah riser drum yang mengurus low end, membuatnya memainkan banyak treble yang akurat.

Salah satu lagu dari album The Black, “Send Me Home” memiliki musik high-tempo thrashing dengan tambahan sedikit element electronica, semacam musik rock klasik tahun 80-an. Peran Cassells sangat berbeda pada lagu ini, ‘funky side.’ Ia mengatur tensi yang fokus pada e dan ah, dan tambahan texture menggunakan open hit-hat, baik durasi pendek maupun panjang.

Konser

Sebelum show, rutinitas pemanasan adalah tiga puluh detik untuk tangan dan senam delapan-hitungan pada kaki, rasio secara bertahap beralih antara tungkai atas dan bawah. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekuatan, serta mashing melalui beberapa bagian selama setengah jam. Melakukan rolling, berjalan selangkah dua langkah, dan menjaga jari-jarinya lentur.

Sebagai drummer, Cassells juga sering mengalami kebosanan saat menjalani tour. Terlebih mereka telah melakukan secara berulang-ulang. Orang-orang mengira bahwa perjalanan mereka adalah kesempatan menikmati keindahan setiap kota yang dikunjungi.

“People go, ‘Oh, you were in Moscow? That must’ve been great.’ Well, yeah except we flew in late and we were knackered. And we had a chance to go see Red Square but it was minus 20 outside. It’s that whole part of touring that no one understands.”

Tentang Band

Istilah “metalcore” adalah diskripsi yang menyusahkan, tapi Cassells tidak terlalu peduli bagaimana orang-orang mengkategorikan Asking Alexandria. Karena menurutnya, mereka membuat lagu keras untuk mengajak orang-orang melompat-lompat dan bernyanyi bersama.

“It boils down to we’re a heavy band. That’s what we set out to do. What we really want is approachable music, where people go, ‘That’s a good song!’ We want people to jump around at our show, to sing along, and have a good time.”

James Cassells
Band : Asking Alexandria
Instagram : @cassells
Umur : 26
Kelahiran : Harrowgate, North Yorkshire, U.K.
Influences : Joey Jordison, Thomas Lang, Mike Portnoy, Lars Ulrich, Chris Adler
Drums : Tama Starclassic
Cymbals : Sabian
Sticks : Vic Firth American Classic 5B pedals Axis 21 Laser double pedal
Heads : Remo

(credit: drummagazine.com )