Males saya basa-basi, ntar kontenya malah basi. Langsung aja, kita bahas yang namanya karyawan. Apakah anda adalah salah satu karyawan di sebuah industri? gampangnya adalah buruh…

Habis ketemu temen lama, biasalah saling tanya, dan ketika saya tanya kerja dimana sekarang? dengan kurang percaya diri dan mata memandang jauh sambil menjawab “buruh masbro, kerja di pabrik”.

ekspresi sedih mediamuda.com keanu reeves

Diperankan Oleh Model

Bro, ngapain malu menyandang gelar jadi buruh. Buruh itu mulia, kalau mulyadi tuh tetangga gue.

Yang memalukan tuh kalau ngakunya orang kaya, tapi jajan aja ngumpet takut dimintain. Mau ngapel cewe, minjem duit ke temen yang lagi jomblo. Dan gue paling males ketemu orang hobi nabung, tapi buat biaya hidup jadi benalu orang lain.

Pernah ada opini dari seseorang, “cuman ngelem kardus aja bisa beli motor ninja, emang keren ya jadi buruh, tapi kerjaannya gitu-gitu aja?”

Dan gue katakan “gitu-gitu aja gimana? semua kerjaan sama aja brooo!”.

Iyalah, dengan sudut pandang mata ane, Tuhan sudah sangat adil memberikan jalan rezeki kepada setiap makhluk yang ada di dunia ini.

Nggak perlu mbanding-bandingin, apa lu sudah ngerasa keren jadi Teller Bank yang selalu rapi dan megang duit banyak? atau jadi administrasi di kantor tempat lu bekerja? sama aja, yang membedakan hanya berpenampilan menarik keringet nggak menetes sampai sempak.

Sekali lagi gue tekankan, sama! orang yang bekerja pada orang lain adalah buruh.

Prosesnya, siklusnya sama aja bro, sist… kadang suasana kerja ngangenin, kadang juga boring setengah mati. Jam kerja juga udah ada standarnya. Kalau secara generalisasi, semua orang yang bekerja adalah buruh, presiden aja juga buruh, dia bekerja untuk rakyat, jadi presiden adalah buruh rakyat. Tul nggak?

Akan tetapi, memang, terminologi buruh yang tadinya mengacu pada semua pekerjaan, maknanya menyempit dan lebih kepada karyawan industri padat karya seperti pabrik.

Sekarang nggak perlu deh malu jadi buruh. Entah itu kuli bangunan, tukang tambal ban, atau karyawan pabrik, semua profesi harus saling menghormati, dan tentunya saling membutuhkan satu sama lain.

Bahkan, temen ane yang lulusan S1, sebut saja Doni yang sudah memiliki dua anak, ia mengaku lebih nyaman kerja jadi buruh pabrik. Alasannya, gaji gede walaupun kerja monoton. Namanya juga karyawan tetap, di pabrik Jepang lagi.

“sementara gue nyaman disini bro, kalau ijazah, masih gue simpen di lemari, gue nggak gunain buat daftar kerja, yang penting ilmunya. ngapain juga resign nyari kerjaan lain. Lebih baik bikin rencana buka usaha sambil ngumpulin modal” kata Doni.

Setelah gue cari tahu, ternyata dalam pabrik tempat Doni berkerja sekarang, banyak yang telah lulusan universitas. Tapi mereka pada ngumpetin identitasnya, mungkin mereka malu kalau ketahuan sarjana tapi jadi buruh pabrik, tapi alasan pastinya, saya juga nggak tahu.

Dan sekarang, saatnya saya beri opini, mana yang lebih menyenangkan menjadi pengusaha atau karyawan.

Jawaban secara umum adalah ‘relatif’, tergantung subjek.

Saat ini saya sebagai ‘buruh untuk diri saya sendiri’ tidak memandang buruh pabrik secara apatis. Karena dulu saya juga buruh pabrik. Menjadi pelaku bisnis walaupun masih sebatas ‘kepala semut’, saya merasa lebih senang daripada menjadi ‘ekor gajah’ saat saya bekerja di sebuah pabrik jepang (satu kerjaan dengan Doni). Tapi disatu sisi, saya merasa kehilangan jiwa solidaritas dan beberapa hal yang saya dapatkan dalam pekerjaan, ‘something missing’ Duh.

Menjadi Wirausahawan vs Menjadi Karyawan / Buruh

  • Berwirausaha Ibarat sepakbola, ketika suskses meraih tujuan (goal), rasanya mencapai ‘klimaks’ dan sangat bangga akan hal tersebut. Sebagai contoh, uang 1 juta yang didapatkan dari hasil deal dengan menjual barang, rasanya jauh lebih menyenangkan daripada upah atau gaji 5 juta yang didapatkan. Aneh, bukan? padahal secara nominal, 1 juta banding 5 juta itu beda jauh. Dan saya pernah berkata pada diri saya sendiri ‘gak percumah lo punya otak’ sekaligus membuat sugesti positif di kemudian hari untuk menambah pemasukan yang lebih besar. Sementara kalau menjadi karyawan, ya.. terlalu monoton. Saya orangnya mudah bosan, mungkin kalau dihitung, lebih dari 10 pekerjaan saya sudah jalani sejak tahun 2007, dan sekarang saya fokus ke bisnis dan menyimpan ijazah dan sertifikat di lemari. (pengusaha win)
  • Menjalankan usaha kadang tak mengenal waktu, disaat ingin santai, ada semacam gangguan (urusan bisnis), dan kadang ketika sedang berusaha, ada saja gangguan dari orang-orang sekitar. Berbeda saat menjadi karyawan, kalau udah waktunya pulang kerja, ya sudah, terserah mau ngapain juga. Mau nungging boleh, mau nonton Selena Gomez di Kalijodo juga boleh, terserah… itulah asyiknya menjadi karyawan. (karyawan win)
  • Menjadi pengusaha adalah obsesi saya dan sesuai dengan karakter ‘tidak mau terikat’ dengan waktu dan tempat, memiliki ‘jiwa petualang’. Jadi ketika kebanyakan orang tengah sibuk mandi jam 5, berkemas untuk berangkat kerja, ini adalah waktu berharga saya untuk menikmati secangkir kopi sambil mencari inspirasi di pagi hari. Sementara, sebagai karyawan, saya dulu sering telat makan karena sering begadang, nongkrong, dan menghabiskan waktu muda untuk mencari pengalaman. (pengusaha win)
  • Berwirausaha ternyata ada hal yang tidak didapatkan dari bekerja. Dimana sebuah pertemanan, keakraban, solidaritas, kekompakan, terlebih saat bercanda-tawa disela-sela jam istirahat, melakukan outbound, tour akhir tahun, bahkan untuk urusan asmara, duh! Sebagai karyawan dengan gaji yang udah kelihatan, mungkin tinggal bilang ke calon mertua, ‘saya bekerja di perusahaan ini, dengan gaji diatas UMR’, dia mungkin akan mencari ‘tanggal baik’. Sementara dalam usaha, kalau ‘dagangan’ lagi sepi, si do’i bakal melirik cowok lain penunggang motor yang bunyinya ‘tring tiriring triinggg,’ atau yang ‘wuurr wuuurr wurrr’. Secara alami, saya mulai bertranformasi menjadi orang yang mulai perhitungan, tak mudah percaya dengan orang, rekan sih banyak, tapi sahabat bisa dihitung dengan jari. Tapi saya tetap tenang, suatu saat, dengan bisnis yang bersih, (tetap optimis) ketika sudah berumah tangga bakal saya ajak jalan-jalan anak istri nanti pakai kendaraan dengan mobil sport. Mimpi dulu boleh kan, bro? (karyawan win) mimpi mobil

Sepertinya tulisannya udah banyak, padahal saya udah gak pakai basa-basi. Mungkin tulisan ini bisa lebih banyak lagi dengan tambahan komentar pembaca yang nyasar disini.

(Onal – ngetik di pojokan sebelah jamban)